Love Was Here

〃
3 min readMar 16, 2024

--

Everything you lose is a step you take
So, make the friendship bracelets, take the moment and taste it
You’ve got no reason to be afraid

“You’re on Your Own, Kid” - Taylor Swift

Tiga tahun menyusut menjadi satu, bahkan sekarang tersisa kurang dari dua minggu. Betapa cepat waktu berlalu, kan? Bahkan ketika satu tahun dirampas oleh pandemi dari kita, aku merasa telah mengenal kalian puluhan tahun lamanya. Tiga puluh enam jiwa nan beragam yang disatukan oleh tabel list nama kelas IPS 1, atau mungkin sesuatu yang lebih?

Bisa dibilang, masa terpuruk dan terindahku kujalani bersama kalian. Tapi justru di situlah letak keindahannya, bukan? Seperti pepatah klasik: “teman sejati ialah mereka yang ada tidak hanya di saat senang, tetapi juga menemanimu di saat kau sedih.” Dan aku yakin banyak dari kalian juga merasakan hal yang sama. Semua masalah, keraguan, dan ketakutan yang kalian panggul seolah luruh dan dapat dilepas sejenak dari pundakmu ketika bel masuk berbunyi, dan kita bersenang-senang lagi.

Pun ketika semuanya dirasa terlalu berat, bahu teman kita pun siap menjadi handuk untuk mengelap air mata. Semua ada untuk satu sama lain, saling menguatkan dan menyemangati, berselisih lalu bermaafan. Itulah bentuk rasa cinta di antara kita yang kita tidak tahu apakah bisa kita dapatkan lagi setelah kita lulus nanti.

Tidak akan ada lagi langit yang berubah jingga dan kita masih di sekolah, grusak grusuk menyiapkan event bazar, praktik nikah, pentas seni, atau sekdar luntang lantung mengobrol bersama. Tidak ada lagi dengung kipas bersahutan yang seolah menjadi lagu pengiring selama pelajaran. Tidak ada lagi tikar yang digelar sebagai alas tidur. Tidak ada lagi nomor absen yang horornya tak terkira jika disebut. Tidak ada lagi ke-random-an dari tiap-tiap anak dengan kepribadian dan ciri uniknya masing-masing. Tidak ada lagi rasa kantuk yang hadir saat guru menceritakan kisah hidupnya. Kamar mandi dan kantin pun tidak lagi bisa jadi tempat persembunyian kita. Ruang kelas 10, 11, dan 12 tidak lagi menjadi rumah kita, karena ada penghuni demi penghuni lain yang akan menempatinya di tahun-tahun mendatang. Tetapi aku yakin, dinding beserta kursi mejanya akan selalu ingat tentang IPS 1 ini, mungkin berkat coretan yang kita buat, atau mereka punya telinga tak kasat mata yang ikut senang mendengar canda tawa kita setiap hari.

Biarpun @ socione.smanda nantinya akan kosong, dan grup “bakar runtuhkan” akan turut berdebu, semoga eksistensi kita akan terus hadir dalam hati masing-masing. Bahkan ketika nanti tahun-tahun akan berlalu tanpa bersua, kuharap kehangatan yang sama tetap terasa jika diberi kesempatan berjumpa kembali. Jangan lupakan tentang kita, ya!

Guys, kita sudah ada di finish line, nih. Tetapi seseorang bilang kepadaku, “jangan menyebut ini sebuah akhir, tetapi permulaan yang baru.” Temen-temen, jadikan masa SMA ini tidak hanya sesuatu yang dikenang, tetapi sebagai titik kita memulai fase hidup selanjutnya. Masa anak-anak kita mungkin habis di sini, namun di saat yang sama masa dewasa kita dimulai. There’s a long way ahead. Semoga apapun jalan yang kalian ambil, semuanya menuju pada kesuksesan dan kebanggaan untuk diri sendiri (paling utama!!!) dan orang-orang yang sayang terhadap kita.

Judul ini aku curi dari quotes yang aku baca di Twitter beberapa waktu lalu:

Grief is a giant neon sign, protruding through everything, pointing everywhere, broadcasting loudly, “love was here”.

Duka adalah lampu neon raksasa, cahayanya menembus semua hal, menunjuk ke segala arah, memberitakan dengan lantang “cinta pernah ada”.

Rasa sedih akan perpisahan pasti akan muncul sekarang, atau sebentar lagi. Meninggalkan momen-momen indah yang pernah kita jalani bersama sebagai satu kelas. Mengucapkan sampai jumpa kepada teman, sahabat, dan ke-36 manusia hebat lainnya yang menemani perjalanan kita selama 3 tahun yang penuh huru-hara ini. Tetapi sedih dan sakit itulah bukti bahwa kita pernah saling peduli, saling ada, saling mendukung dan membuat satu sama lain tertawa. Rasa rindu yang kelak akan muncul juga adalah bukti bahwa kita ingin kembali merasakan cinta yang pernah ada di antara kita, anak-anak kelas 12 IPS 1.

Maka dari itu, aku ucapkan kepada kalian semua, terima kasih sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya, atas semua kasih sayang, canda tawa, serta berbagai pelajaran hidup yang telah kalian berikan padaku. Semoga ketika kita nanti bertemu lagi, kita telah menjadi pribadi yang lebih baik, dan sukses di bidangnya masing-masing, aamiin. Sampai jumpa di lain kesempatan, guys

In the finer print, quietly, “love still is.

Di bawah lampu neon itu, bertuliskan kecil, diam diam memberitahu kita:

“Cinta masih di sini.”

--

--